SNSD first Single Album


Get your own Myspace Countup

SNSD Anniversary

Sabtu, 14 Agustus 2010

Remember about our story

Ikut menanyakan pendapat semuanya,,gimana tentang cerita ini. apa kurangnya...dimohon dengan sangat agar saya bisa terus berlatih untuk menjadi seorang penulis.

Masih tergiang dalam benakku. Saat itu kita masih kecil. Kita punya tugas untuk menceritakan mimpi kita di masa depan. Saat yang lain asik dengan mimpi menjadi “dokter” “pilot” dan segala macam, kau malah mengucapkan impian yang bahkan masih terlalu dini untuk kau tahu. “Aku ingin mati.” . aku masih sangat ingat bagaimana reaksi semua orang disekitarmu. Dan semenjak itu semua teman-teman menjauhimu. Aku sebenarnya ingin sekali dekat denganmu, tapi teman-teman melarangku dan mengancam akan membenciku bila aku dekat denganmu. Namun kini kau bukan gadis kecil yang menginginkan kematian lagi. Kini kau sudah menjadi gadis remaja dewasa. Wajahmu cantik dan banyak laki-laki yang mengidolakanmu, kau populer di kalangan para cewe-cewe, kau juga sudah meniti tangga karir yang sukses sebagai model pendatang baru. Kau juga memiliki orang tua yang sayang padamu. Yang bahkan rela memberikan kehidupannya untuk mewujudkan semua keinginanmu. Dan mungkin, itulah mengapa aku menjadi sangat dendam padamu. Aku iri akan apa yang kau dapatkan. Aku sangat menginginkan kehidupanmu. Kehidupanku adalah kebalikannya dari kehidupanmu. Aku jelek. Aku bahkan sangat jelek sampai-sampai aku tak berani bertatapan dengan cowo saat aku bertanya ataupun menjawab. Aku sangat suram dan tidak menyenangkan sehingga tidak memiliki teman. Aku adalah anak bodoh yang hanya bisa menghidupi keluargaku dengan menjadi pedagang kue kecil di terminal-terminal. Dan aku adalah anak yatim piatu yang harus menghidupi 2 adikku yang masih kecil. Untungnya ada seorang saudagar kaya yang misterius yang selalu mengirimkan uang padaku. Aku tak tahu siapa, tapi yang jelas pastilah dia utusan kedua orangtuaku dari surga.
Saat ini, aku sedang memandangmu yang tengah bercanda ria dan tertawa dengan teman-teman sekelas. Aku hanya bisa memandangmu dari mejaku di belakang. Aku hanya bisa melihatmu dari ekor mataku yang terhalangan kacamata minus. Rasanya asyik sekali bisa tertawa riang seperti itu. Lalu tiba-tiba dari arah pintu muncul seorang lelaki. Anak lelaki yang sangat tampan dan populer. Dia adalah ketua OSIS dan merupakan kapten klub basket. Dia adalah Shinosuke Yuki. Ia juga adalah siswa cowo terpopuler di sekolah. Dan kau punya keberuntungan lagi, yaitu memiliki Yuki. Semua anak di sekolah sangat setuju kau berpacaran dengan Yuki. Kalian selalu menjadi Best Couple di saat perayaan promnight. Dan selalu menjadi pasangan tervaforit di saat perayaan ulang tahun sekolah. Kenapa kau begitu sangat sempurna? Tak hanya fisikmu sekelilingmu juga sangat sempurna. Yuki menghampirimu, lalu berkata
“Mika,hari ini jadikan?”
“Jadi dong, tapi aku harus pulang dulu untuk ganti baju. Setelah itu kau jemput aku ya. Nanti akan ku kirimi email kapan kau harus jemput aku. “ ucapmu lemah lembut. Setiap kata yang keluar dari mulutmu bagai nyanyian dari surga. Lembut dan merdu. Pantas saja kau menjadi ketua paduan suara dan selalu tampil di acara-acara besar kenegaraan.
“Baiklah. Aku harus rapat dulu, sampai jumpa.” Ucap Yuki seraya pergi meninggalkanmu. Kau hanya tersenyum dan melambai lalu kembali mengobrol denga teman-teman.
“Wahhh...kau beruntung Mika. Yuki keren sekali.” ujar Ai. Dia adalah ketua kelas di kelas ini.
“Biasa saja kok. Aku yakin kalian juga bisa dapatkan lelaki seperti Yuki suatu saat nanti.” Ujarmu sambil tersenyum manis.
“Ahh...tak mungkin. Menurutku lelaki seperti itu hanya ada satu di Jepang, dan itu adalah Yuki.”
“Betul. Eh Mika, kaukan model, pasti kau memiliki banyak teman artis. Sekali-kali kenalkan padaku dong..”
“Iya iya! Padaku juga!”
“Baiklah, nanti akan aku usahakan.” Jawabmu yang disambu teriakan suka cita dari teman-teman lainnya. Lalu kalian semua pergi ke Cafe sekolah. Meninggalkan aku yang masih memperhatikanmu sampai kau tak terlihat lagi. Hufff,,,aku menghembuskan nafas sejenak. Aku melepas kacamataku dan memandang langit biru. Kebetulan tempat dudukku dekat jendela dan pemandangannya sangat indah. Aku membuka jendela. Kurasakan hembusan angin menerpa wajahku. Ingin sekali rasanya ke cafe dan makan bersama teman-teman seperti yang kau lakukan. Tapi apa daya, selain tak punya teman, keadaan finansialku yang tak memungkinkan aku untuk sanggup membeli makanan di cafe sekolah. Harganya yang sangat fantastis yang hanya bisa dijangkau kalau uang jajanmu adalah ¥5000. Karena terlalu terhanyut dalam penyesalan, aku tak sadar ada orang masuk ke dalam kelas. Sepertinya orang itu tak ingin mengagetkanku, tapi ia membuat kesalahan dengan tak sengaja menyenggol meja. Aku terkejut dan membalikan badan. Saat kulihat kau sedang menatapku dengan paras muka minta maaf karena telah menganggu.
“Maaf. Aku tak bermaksud...” belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya aku segera menjawab agar kau cepat pergi,
“Tak apa. Aku tak merasa terganggu kok.” Ujarku sambil memandang sepatuku.
“Hmmm bagaimana untuk permintaan maaf kau ku teraktir di cafe. Bagaimana?” tanyamu kepadaku. Aku sangat terkejut. Aku memandangmu yang hanya tersenyum manis. Aku berniat mengatakan ya karena perutku sangat keroncongan, tapi...
“Ah,,,tak usah.”
“sudahlah tak apa-apa. Aku tak keberatankok.” Ujarnya memaksa. Aku terus menolak tapi kau terus memaksa. Akhirnya karena tak sabar aku mengucapkan kalimat ini,
“AKU LEBIH SENANG KALAU KAU ENYAH DARI HADAPANKU DAN JANGAN SOK TERSENYUM MANIS PADAKU PADAHAL KAU MENERTAWAKANKU!” aku berteriak. Dan kau memandangku terkejut. Kau menunduk,lalu sebuah suara mengagetkan kita berdua.
“Ada apa ini?” tanya orang itu. Ia adalah Yuki. Kau langsung menunduk dan aku langsung berlari keluar kelas. Aku juga menyenggomu tak sengaja dan membuat kau jatuh. Yuki langsung membantumu berdiri, aku mau minta maaf, tapi aku terlanjur malu dan akupun lari ke kamarmandi.
Di kamar mandi aku sangat takut. Bukannya aku takut kau akan marah padaku, tapi aku takut Yuki akan membenciku. Tidak dikenal diapun aku sudah tersisksa. Bagaimana kalau dibenci dia?. Kau tahu? Karena masalah inilah di hatiku mulai tumbuh akar-akar kebencian, yang terus mengelilingi hatiku sehingga menjadi hati hitam. Dan sejak saat itulah, aku mulai merencanakan berbagai macam kejahatan kepadamu.
Saat kembali ke kelas, aku merasakan perasaan yang aneh. Aku melihat sekeliling kelas. Semuanya melihat aku. Aku terus saja menunduk menuju bangkuku. Dan akupun duduk. Tapi tatapan anak-anak di kelas masih saja menyiksaku. Kalau misalnya mereka memandang dengan biasa, aku akan biasa, tapi mereka memandangku dengan pandangan marah. Apa mereka sudah tau tentang masalah yang tadi? Tiba-tiba ada seorang anak perempuan menghampiriku. Aku masih menunduk saat ia ada di hadapanku. Lalu ia menarik lengan bajuku dan seakan melemparku ke lantai. Aku hanya bisa mengaduh. Mungkin kalau aku jadi kau, Yuki atau siapapun akan membantuku. Tapi tidak, tidak ada yang mencoba membanntu dan menghindari tamparan keras anak itu kepadaku.
“Hei kau! Jangan kau seenaknya pada Mika! Kau taukan? Kalau dia itu model dan jangan sampai ada luka sedikitpun di tubuhnya kalau tidak, dia tidak bisa pemotretan!!” ujarnya. Aku hanya diam dan memegangi pipiku yang merah.
“Kau dengar tidak sih?!” tanya anak itu lagi. Aku tak bisa diam saja begini, lalu tiba-tiba tubuhku bergerak sendiri. Aku berdiri menghadapi anak itu. Aku menatapnya. Aku menatapnya dengan penuh kebencian. Seperti seakan aku bisa tiba-tiba mencekiknya. Anak itu melangkah mundur. Lalu pergi. Aku kembali ke bangkuku. Dan aku sedikit melihat kau, kau tersenyum sinis.
Pulang sekolah. Hujan turun dengan sangat lebat. Aku terpaksa menunggu hujan reda dahulu. Sebenarnya aku membawa payung, tapi... saat tadi aku membuka loker. Aku sangat terkejut. Ada banyak sekali sampah dan tulisan seperti “Pengecut” “Bodoh” “Tolol” dan kata-kata penghinaan lainnya. Dan ada yang lebih mengejutkan lagi, payung kesayanganku telah dibakar dan hanya tersisa pegangannya saja. aku sabar saja. inginnya sih aku menangis, tapi apakah dengan menangis payungku akan kembali lagi? Lalau aku melihatmu,,kau baru akan naik mobil. Enak sekali jadi kau. Berangkat diantar oleh mobil dan pulang dijemput. Aku yakin, kau tak pernah merasakan naik sepeda atau jalan kaki ke sekolah.
Keesokan harinya,,aku benar-benar kaget dengan apa yang aku dapati saat pertama masuk kelas. Mejaku. Mejaku penuh dengan coretan-coretan. Dan di kolongnya terdapat banyak sampah busuk. Bangkunyapun ada genangan air kloset yang bau. Semua teman menatapku dengan puas. Aku hanya tertunduk. Aku sedikit melirik kau yang sedang sibuk menulis sesuatu. Aku memandangmu, kau hanya tenang-tenang saja. bahkan sepertinya kau tak peduli. Padahal, semua ini terjadi gara-gara kau. Karena bel sudah berbunyi dan guru sudah hampir masuk ke kelas, aku terpaksa duduk di tempat itu. Karena tidak ada bangku lain yang tersisa. Rokku basah. Dan aku juga hampir pingsan karena baunya. Saat guru masuk semuanya diam. Lalu beliau mengendus sesuatu,
“Bau apa ini? Busuk sekali!” tanya beliau kepada kami semua. Semua orang menunjukku. Lalu Osaga sang ketua kelas berdiri dan menjelaskan,
“Sensei maaf. Tapi Ozaki sepertinya penyebab bau busuk ini.” Ujarnya seraya menunjukku. Aku hanya menunduk. Sensei mendekatiku. Beliau memperlihatkan wajah mau muntahnya saat mendekatiku.
“Ozaki! Bau apa ini?!” tanya sensei sambil menjauh. Aku tak bisa berkata. Aku hanya diam. seperti orang bisu.
“Sensei, sepertinya Ozaki buang air besar di roknya deh. Karena tadi ia mengeluh sakit perut.” Tiba-tiba ada seseorang yang berucap seperti itu, aku melihat sekilas. Dan yang mengatakannya adalah kau. Dengan teganya kau lakukan ini padaku. Kejam!
“Ozaki, sebaiknya kau ke kamar mandi segera! Kau akan mengganggu pelajaran hari ini!” ujar sensei. Akupun berlari ke kamar kecil. Di kamar mandi aku mencoba menghilangkan noda itu. Tapi tak bisa. Akupun pergi ke ruang kesehatan.
“Hmmm....ini,silakan pakai ini.” Ucap guru kesehatan. Aku mengambilnya lalu mengganti rokku dan akupun berbaring di kasur ruang kesehatan. Aku memikirkan apa yang tadi kau lakukan kepadaku. Aku tahu aku hanya membentakmu. Itupun hanya aku lakukan sekali, tapi kenapa kau membalasnya dengan bertubi-tubi? Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi. Aku berpamitan dengan guru kesehatan. Baru saja aku keluar aku melihat hal yang menakjubkan. Hal yang pasti tak akan pernah terpirkirkan olehku, hal yang...pokonya wah! Aku melihat kau sedang merokok di halaman belakang sekolah. Tempat yang pas untuk bersembunyi dari siapapun. Tapi tidak oleh aku. Awalnya aku ingin sekali memfotomu, namun hati ini tak bisa menipu. Aku masih sayang kamu sebagai sahabatku, maka daripada aku membuatmu hancur, lebih baik aku tak usah saja. akupun pergi dari situ dan pura-pura tak tau.
Di rumah, aku memikirkan banyak cara untuk membalasmu. Apa yang kau lakukan tak akan bisa pernah aku maafkan. Huh..aku cape terus mengalah kepadamu, maka sekarang saatnya aku yang akan membalas apa yang telah kau lakukan. Aku akan melanjutkan apa yang telah kamu mulai.
Esoknya,aku datang pagi-pagi sekali. saat gerbang sekolah baru di buka. Aku sengaja karena aku ingin menjalankan bals dendamku padamu. Dan pagi-pagi adalah waktu yang tepat. Aku mengganti sepatuku dengan sepatu khusus di sekolah. Dengan perlahan aku mencari nama Mika Ozura. Saat ku temukan, aku membuka perlahan lemari kecil itu dan mengambil sepatumu. Lalu aku menaburkan sesuatu pada sepatumu. Saat selesai aku simpan kembali sepatumu, dan aku melirik kanan dan kiri lalu akupun pergi.
Aku terus mondar-mandir di depan loker sepatu untuk menunggu kedatanganmu. Suasana sekolah sudah sangat ramai. Aku sangat cemas jangan-jangan kau tak datang. Tapi 5 menit kemudian kau muncul. Aku segera bersembunyi di belakang tiang besar. Aku melihatmu. Aku melihatmu menjerit kesakitan saat memakai sepatu itu. Aku melihat orang-orang mendekatimu dan membantumu. Yuki yang kebetulan sedang disitu segera menggendongmu ke ruang kesehatan. Aku bisa melihat cucuran darahmu yang menetesi lantai sekolah, sehingga meninggalkan sebuah jejak. Dalam hati aku tertawa sangat puas. Tapi di dalam pikiranku masih kurang pembalasanku padamu. Akupun meninggalkan ruang loker dan menuju ke kelas.
saat masuk kelas, aku duduk dengan wajah biasa ke bangkuku. Aku mencoba melihat sekeliling kelas. Tak ada yang melihatku, tak ada yang curiga padaku. Aku hanya menunduk dan melihat tanganku. Aku melotot. Tanganku berdarah! Bagaimana ini? Bagaimana kalau ada yang tahu bahwa akulah yang mencelakai kau? Bagaimana aku bisa membuat alasan ini? Akupun panik,tapi hanya sesaat. Lalu aku punya ide, aku punya ide untuk menutup luka ini menggunakan daun mint. Kata ibuku, daun ini cocok untuk menghentikan pendarahaan, dan untungnya daun itu ada di dekatku. Aku memetiknya kira-kira 3 helai. Lalu menutup lukaku dan menekannya. Lukannya menjadi sejuk dan dingin, lalu darahnya berhenti dengan sendirinya. Akupun bernafas lega. Aku melihat jam di depan, harusnya sensei sudah msuk dari 30 menit yang lalu, ada apa? Lalu tiba-tiba sensei masuk ke kelas dengan terburu-buru. Beliau mencatat sesuatu di papan tulis. “Kerjakan soal halaman 345-350 dan kumpulkan di mejaku”. Begitulah perintahnya.
“Sensei,kenapa tiba-tiba mengerjakan soal bukankah sensei mau menjelaskan materi tentang hukum alam lalu ujian praktek fisika?” tanya Osaga
“Maaf sekali semuanya. Sensei harus mengantar Ozura ke rumah sakit.” Jawan sensei panik
“Memangnya ada apa dengan Mika sensei?”
“Iya ada apa?”
“Hei kalian tidak tahu ya? Mika tadi pagi terluka di kakinya. Dan itu karena ada pecahan kaca di sepatunya.”
“Wah masa?”
“Siapa yang melakukannya?”
“Pastinya...” banyak suara bersahutan. Aku hanya diam sambil pura-pura terkejut. Padahal dalam hati aku tertawa bahagia. Saat ada yang mengira-ngira pelakunya, aku sangat takut. Apakah orang-orang akan mengira itu aku?
“Pastinya....pastinya adalah Hanon dari kelas sebelah. Diakan sangat iri pada Mika karena Mika meraih posisi teratas model ternama. Sedangkan dia masuk nominasi saja tidak.”
“Hmmm...ya pasti benar! Bagaimana kalau pulang sekolah kita menemui dia?”
“Boleh-boleh,kita tanyai dia lalu kita...” aku menutup telingaku. Aku tidak mau mendengar orang-orang membicarakan kau. Mendengar orang-orang membicarakan kau, merasa aku bersalah. Lalu hpku berbunyi. Semiskin-miskinnya aku aku juga harus punya hp. Lagipula hp ini karena aku memenangkan kuis. Ah..ada pesan dari nomor yang tak aku kenal. Sebenarnya hampir aku tak tau nomor semua orang. Karena di kontakku hanya ada 5 nomor. Nomor Kios bos kueku. Dan beberapa keluargaku. Bunyi pesannya seperti ini,
To : Ozaki Miamura
From : +6527888xxx
Aku tau bahwa kau yg melukai Ozura. Aku tau kau menaruh dendam padanya, kau berusaha untuk mencelakainya.
Jangan seenaknya. Aku tau itu kau.
Nb: jangan terkejut. Aku sudah tahu kau dendam pada Ozura dari dulu.

Aku terkejut! Siapa ini?nomornya tidak diketahui. Aku tak tahu ini siapa! Kenapa ia bisa tahu?. Aku memandang kelas. Semuanya sedang sibuk membicarakan Mika, sensei juga sudah pergi dari tadi. Aku memandang ke segala arah. Lalu tak sengaja aku bertatap pandang dengan Kuroi. Dia adalah anak yang pendiam sepertiku. Tapi dia pintar, makanya teman-teman masih mau berteman dengan dia. Dia langsung menunduk, begitu aku memandangnya tajam. Lalu aku mencoba membalas sms email itu,
To : +6257888xxx
Apa mksudmu?? Jangan suka memfitnahku ya! Jangan sembarangan! Buat apa aku mencelakai Mika. Memang benar aku iri padanya. Sedikit. Dan tak mungkin aku mencelakai Mika. Bagaimanapun juga dulu kami satu SD. Dan aku tak pernah membencinya!



To : Ozaki Miamura
From : +6257888xxx
Jangan bohong!
Kalau kau melukai Mika sekali lagi, kau akan aku balas!
Ingat itu! 

Siapa sih orang ini? Ngotot sekali. karena kesal akhirnya aku mematikan hp. Sebal juga jadinya. Aku memandang keluar jendela. Apa yang aku lakukan salah? Apa yang aku lakukan keterlaluan? Bukan maksudku mau menjahili Mika, bukan maksudku mau membuat dia menderita, aku hanya sebal pada dia. Dan akukan tidak sampai untuk membunuhnya. Tapi mungkin harusny aku diam. daripada aku melakukan yang waktu itu. Mungkin nanti aku akan minta maaf.
Saat pulang ke rumah, aku melihat adikku sedang bermain. Hahh...cape sekali aku. Banyak masalah yang harus membebaniku padahal umurku masih belia.
“Kakak! Kaka sudah pulang?” tanya adikku Kuroi yang masih duduk d bangku sd.
“Ya kaka pulang. Tolong buatkan minum dan siapkan air untukku mandi.” Ujarku sambil membanting diri ke kasur.
“Baik kak.” Ujar adikku patuh dan pergi. Aku memandang kamarku dengan prihatin. Di pojok ada sebuah meja dan kursi kayu. Di meja itu terdapat buku-buku,buku-buku lama peninggalan alm. Ibu dan ayahku. Lalu terdapat kasur. Tak dapat di bilang kasur sebenarnya karena itu hanya terdiri dari tikar dan sebuah kasur tua yang ayahku belikan 14 tahun yang lalu. Bantal dan gulingnya pun terbuat dari kain perca yang aku temukan d gudang bekas toko penjahit dulu. Di dekat kasur ada sebuah lemari. Lemari kayu yang sudah menghitam dan lapuk saking tuanya. Lalu ada meja belajar baru yang diberikan oleh pendonor tidak dikenal. Buku-buku pelajaran menumpuk tak rapih dan gelas air minum yang kosong. Aku bangkit dan mengambil gelas itu lalu keluar kamar. Aku menuju ke dapur untuk menganbil segelas air. Tiba-tiba aku melihat air di atas tungku keluar. Pertanda air sudah mendidih. Aku segera membukanya dan mematikan tungku. Kenapa air ini tidak dijaga??? Kemana adikku?
“Eh kakak airnya sudah matang?” tanya Kuroi tiba-tiba. Aku memandangnya melotot.
“Kamu kemana sih!!! Air dari tadi sudah mendidih! Kalau terjadi kebakaran bagaimana?! Kita mau tinggal dimana?!” ujarku sambil menasehati Kuroi. Kuroi diam langsung lari keluar. Entah kemana. Akupun hanya memandangnya lalu ke kamar dan bebaring.
Esoknya disekolah kau sudah masuk sekolah. Semua teman mengkhawatirkannya. Aku memandangnya dengan tatapan kebencian lagi. Kenapa sih dia selalu lebih beruntung daripada aku? Apa aku sebegitu dibencinya oleh tuhan sehingga mendapatkan nasib yang selalu buruk? Kembali aku memandang kau. Tau gitu aku memfoto kau kemarin! Keluhku. Lagipula apa kau tau, kalau ada saja satu kesempatan dimana manusia dapat meminta satu keajaiban untuk dirinya, aku akan meminta agar kehidupanku dan kehidupanmu ditukar. Aku melangkah keluar. Rasanya sumpek juga di dalam kelas yang ramai. Lalu aku melihat kedua orang tuamu. Aku melihat orang tuamu mendekatiku. Aku kaget, apa jangan-jangan kedua orangtuamu sudah tahu bahwa aku yang mencelakaimu?
“Ozaki?” tanya mereka
“Ya.” Jawabku tegang. Lalu ayah kau melakukan hal yang membuat aku terkejut. Ayahmu membungkuk dan memohon padaku.
“Tolong Ozaki. Tolong,,tolong maukan kau tinggal di rumah kami dan menjadi anak angkat kami?” tanya ayahmu tiba-tiba. Aku sungguh kaget. Ada apa ini?
“Tolonglah Ozaki. Ini demi Mika. Kami mohon.” Rujuk ibumu padaku.
“Memang ada apa?” tanyaku
“Sebenarnya Mika berubah. Ia sudah tak mau menjadi model lagi. Lalu demi mengembalikan Mika kami mau kau menjadi anak angkat kami.” Jelas ibumu.
“Tapi kenapa harus aku?”
“Karena dulu kau jugalah yang mengembalikan Mika. Kau adalah teman Mika. Maka aku yakin kau pasti bisa. Kumohon!” ujar ibumu. Karena terus didesak, maka aku mau menjadi kaka tirimu. Namun, pandanganku menjadi redup,,lalu hitam.
“Nona sudah bangun?” ucap seseorang di sampingku. Aku terperajat! Ya ampun! Aku..aku..aku dimana? Aku berada di kamar yang sangat besar. Sangat besar sampai sepertinya rumahku bisa masuk ke dalamnya.
“Aku dimana?” tanyaku bingung
“Ini di rumah nona. Ada apa? Anda baik-baik saja?” tanya wanita itu bingung menatapku.
“Rumahku? Atau rumah...”
“Tentu saja rumah nona, nona. 1 minggu yang lalu anda kesini dengan keadaan pingsan. ” Ujar wanita itu sambil melangkah membuka tirai. Aku menyipit saat matahari masuk ke kamarku. Rumahku! Kok bisa apa jangan-jangan...oh ya. 1 minggu yang lalu, orang tuamu mendatangiku dan meminta menjadi anak tiri mereka jadi ini rumahmu juga. Aku akan tinggal bersama kau.
“Nona,anda baik? Apa anda mau saya bawakan seorang dokter?” tanya wanita itu
“Tidak aku mau ke sekolah. Tolong siapkan pakaianku. “ jawabku gugup karena masih bingung dengan semuanya.
“Baik nona.” Ujarnya lalu pergi. Beberapa menit kemudian muncul pelayang wanita lainnya.
“Nona, air berendamnya sudah siap. Anda mau mandi sekarang?” tanyanya hormat padaku. Aku tidak pernah diperhatikan oleh orang-orang sampai seperti ini.
“Ya, aku mandi sekarang.” Ujarku melangkah ke kamar mandi yang bahkan terdapat di dalam kamarku! Sambil berendam aku berpikir. Apa aku akan kuat? Memang betul aku adalah teman baik Mika. Tapi kenapa mesti aku. Kenapa? Dan aku sudah 1 minggu disini? Lama sekali.
Saat aku keluar kamar aku begitu takjubnya melihat rumah yang sungguh besar sekali. seakan-akan aku berada di dalam satu istana raja. Tangganya yang berwarna emas sangat berkilau dengan karpet merah yang lebut menyisiri setiap lantai. Guci-guci mahal dan lukisan-lukisan yang artistik menghiasi dinding rumah. Kursi-kursi yang empuk dan mahal berada di bawah dengan meja kristal. Aku turun dari tangga. Aku bagaikan cinderella. Yang tak akan pernah musnah sihirnya walau sudah jam 12 malam. Aku adalah putri sekarang.
“Selamat pagi nona. Sarapan hari ini adalah sup jagung kesukaan nona dengan susu sapi import yang segar. Cocok untuk anda yang sedang menjaga berat badan.” Ujar seorang pria. Dari penampilannya dia seperti koki.
“Nona perkenalkan aku adalah Mayumi. Kepala pelayan yang baru. Anda bisa memanggilku dengan sebutan apa saja. “ ujarnya lembut
“Bagaimana kalau aku panggil Mayumi- san saja?” tanyaku lemah lembut juga. Aku tetap harus menghormati dia juga.
“Ah nona...”
“jangan menolak. Kau bilang aku boleh memanggilmu apa saja.” ujarku. Ia mengangguk dan tersenyum. Aku sedang turun dengan anggunnya ketika ada seseorang perempuan berteriak di belakangku.
“MAYUMI!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” ujar perempuan itu seperti tak tau etika. Saat aku menoleh aku sangat terkejut. Dan itu adalah kau.
Aku berbalik. Kau meluhatku. Lalu kau memandangku. Kau terkejut tapi kau juga bersikap tak peduli. Maka dengan pura-pura tak kenal aku bertanya pada Mayumi,
“Itu siapa Mayumi-san?” tanyaku penasaran.
“Masa anda lupa. Itu teman masa kecil anda nona Mika. Dan sekarang nona dan nona Mika menjadi saudara.” Ujarnya terkejut. Aku mengangguk. Akankah kau menerimaku? Aku tak tau saat kau melihatku pertama kali berada disini. Aku tak tau bagaimana reaksimu mengetahui bahwa aku adalah teman masa kecilmu dan sekarang menjadi saudara angkatmu.
Aku terdiam di dalam limousin yang mengantar kita ke sekolah. Kau sedang mengirim email entah kepada siapa dan aku sedang memandang alam di luar. Dalam hatiku terbesit rasa senang yang meluap-luap. Aku berpikir, jika kita menjadi saudara mungkin kita akan akrab lagi seperti dulu. Tapi aku juga masih takut, apa kau menerimaku?
“Hei!” ujar kau kepadaku yang membuatku kaget. Kita tak pernah berbicara langsung seperti ini kan?
“apa?” tanyaku biasa.
“Bagaimana kabar pacarmu?” tanya kau ragu-ragu.
“Pacarku?” tanyaku heran, seingatku aku tak pernah punya pacar.
“Siapa lagi kalau bukan...Yuki.” tanyanya tambah ragu. Aku kaget. Tapi yang lebih mengagetkan aku adalah nada kecemburuan dalam suaramu. Kapan Yuki menjadi pacarku? Tanyaku dalam hati.
“Ya...itu...” ujarku ragu. Tapi aku sangat bahagia bisa membuatmu cemburu,kau akan tahu bagaimana rasanya cemburu terhadap orang yang dekat denganmu.
“Sudah ga usah di jawab.” Ujarmu sambil memalingkan wajah dan terus ber email dengan entah siapa. Lalu hpku berbunyi. Ada email masuk. Hah! Itu dari Yuki. Dengan ekor mataku aku bisa lihat kau memandangku diam-diam. mungkin kau tahu bahwa yang mengirim email adalah Yuki.
To : Ozaki Miamura
From : Yuki- chan
Hai..aku sudah sampai di sekolah. Aku menunggumu di gerbang. Ada yang mau aku berikan padamu.
Aku tunggu. I will be wait.

Aku tersenyum. Apa yang mau Yuki berikan padaku? Aku jadi tegang. Lalu perutku seperti di setrum. Terasa geli. Aku tersenyum dan membalas email dari Yuki. Tapi entah sejak kapan aku punya no Yuki.
To : Yuki- chan
From ; Ozaki Miamura
Aku dalam perjalanan. Apa yang kau mau berikan?
Aku penasaran.

Lalu aku melihatmu. Kau memandangku dengan tatapan yang selalu aku berikan kepadamu. Tatapan iri. Aku cepat-cepat menyimpan hp dan melihat keluar jendela lalu kau bertanya,
“Dari siapa?” tanyamu seperti menginvestigasiku.
“Hmm..apa kau butuh jawaban?” tanyaku. Sungguh entah ada angin apa aku menjadi berani kepadamu. Mungkin karena sekarang kau adalah adikku dan aku adalah kakakmu.
“Ya..aku tak butuh.” Jawabmu sok Jaim. Aku melirikmu dan kembali memandang keluar. Lalu rasanya ada getaran dari hpku. Ada email balasan dari Yuki. Tanpa memikirkan tatapanmu itu aku membaca email dari Yuki.
To : Ozaki Miamura
From : Yuki- chan
Ya..ada sajalah  ini adalah suprise aku untukmu. Pokoknya kau cepat datang.


To : Yuki- chan
From : Ozaki Miamura
Ya sebentar lagi sampai sedang ada di daerah shibuya. Macet sekali! 

Saat aku sampai di depan gerbang sekolah, aku melihat Yuki. Aku langsung membuka mobil dan menghampiri Yuki. Ia tersenyum melihatku dan aku membalas senyumannya.
“Maaf lama ya?” tanyaku tak enak. Tadi macetnya luar biasa. Dan aku juga hampir mengutuk orang-orang dijalan karena mereka tak mau menyingkir padahal sudah di klakson berkali-kali.
“Tidak apa-apa. Aku tahu daerah shibuya memang ramai.” Ujarnya
“Oh...syukurlah.” lalu perasaanku menjadi tak enak saat kau jalan di sebelah kami. Kau menatapku dengan tatapan kebencian itu. Tapi aku menghiraukannya.
“Apa yang kau mau berikan padaku?” tanyaku pada Yuki.
“Oh..kemarilah.” ujarnya menarikku ke arah taman belakang sekolah.
“Coba berbalik.” Suruhnya. Akupun berbalik. Lalu ia memasangkan sesuatu. Itu adalah kalung! Indah sekali. baru kali ini aku mendapatkan kalung dari cowo. Aku sangat terharu.
“Inii....” ujarku masih ragu
“Tak apa. Itu ungkapan rasa sukaku padamu.” Lalu ia memelukku. Untuk beberapa saat dadaku terasa sesak. Aku sangat kaget. Tapi aku juga menyadari sesuatu. Sesuatu yang berbeda dengan suasana taman ini. Aku tahu kau memandang kami. Tapi aku pura-pura tak tahu, aku tau perasaanmu. Perasaan dendam.
Aku kembali ke kelas dengan wajah gembira. Aku duduk di bangkuku paling depan. Lalu ada salah satu temanku namanya Koi. Dia adalah anak perempuan yang sangat cantik. Aku mengaguminya sejak dulu. Dia dulu adalah sahabat kau. Tapi entah mengapa kau tak mau lagi berteman dengannya. Kau sangat keterlaluan.
“Hmmm...Ozaki?” tanyanya padaku. Aku menoleh. Aku melihat dia takut padaku. Mungkin karena aku adalah kaka Mika yang dulu pernah menyakitinya.
“Ya..kau bisa panggil aku Mia.” Ucapku santai sambil tersenyum. Lalu aku dapat melihat ia menjadi tenang dan tidak terlalu gugup di depanku.
“Hmmm...begini, aku tau kau adalah pacar Yuki...tapi,,,” ujarnya gugup bercampur ragu
“Ya? Apa kau mau menitipkan sesuatu untuk Yuki?” tanyaku tenang. Memang ada banyak sekali cewe di sekolah ini yang selalu menitipkan sesuatu pada Mika untuk disampaikan pada Yuki, padahal mereka tahu dia adalah pacarnya, namun sekarang aku adalah pacarnya. Tapi aku yakin Yuki menyukaiku dengan segenap cintanya sama seperti Mika dulu, makanya aku dengan senang hati menerima bila ada cewe yang menyukai Yuki. Yukikan memang idola.
“Kau...kau...kau tahu?” tanyanya. Aku mengangguk.
“Kau tak marah padaku?” tanyanya heran
“Tidak.”
“Kenapa?”
“aku sudah sering menerima ini semua. Inilah konsekuensi yang harus aku jalani kalau aku berpacaran dengan seorang idola. Memang aku cemburu. Tapi aku yakin Yuki hanya akan sayang padaku.” Ucapku jelas. Entah darimana alasana itu aku dapat.
“Wah,,,aku sangat terkesan denganmu. Kau tidak egois. Kau bisa menerima apapun dari Yuki. Tidak seperti Mika dulu..” ujarnya terputus. Ia memegangi mulutnya. Sepertinya ia keceplosan bicara.
“Apa?” tanyaku padanya penasaran.
“Hmm...kau tau kan bahwa dulu Mika adalah teman masa kecilmu dan Yuki pernah berpacaran dengan Mika?” ujarnya pelan
“Ya aku tau. Lalu?”
“Ini terjadi 4 hari yang lalu, saat kau tak masuk sekolah. Saat itu entah kenapa Mika dan Yuki bertengkar dengan hebatnya. Lalu mereka marahan sampai 2 hari. Saat itu aku dengar bahwa Yuki ketahuan menyukai orang lain.” Ujarnya setengah berbisik.
“siapa orang itu?” tanyaku berbisik
“Itu adalah kau. Mika mengetahuinya saat Yuki berkunjung ke rumah Mika. Saat itu Yuki melihatmu dan langsung khawatir. Itu sangat aneh, padahal sebelumnya kau dan Yuki tak pernah saling berbicara. Dan akhirnya Yuki mengakui. Yuki adalah teman SMP mu. Ia sudah menyukaimu sejak SMP dan ia sangat senang saat bertemu kau di SMA. Tapi apa daya, kau menutup dirimu sejak SMA lalu entah bagaimana ia berpacaran dengan Mika.” Jelasnya. Aku terkejut. Mana mungking? Yuki sudah menyukaiku sejak SMP? Sadar bahwa Yuki teman SMPku saja aku tidak.
“Lalu?” tanyaku
“Akhirnya Mika dan Yuki putus. Lalu saat kau setengah sadar, Yuki menyatakan cinta padamu. Kau mengiyakan lalu kembali pingsan.” Jelasnya.
“Lalu?” tanyaku masih penasaran
“Sejak saat itu Mika menjadi menutup diri. Ia berhenti menjadi model dan di jauhi teman-teman karena ia suka marah-marah jika ada orang yang didekatnya. Dan ada satu orang yang bisa membuatnya berubah menjadi ceria. Yaitu teman masa kecilnya. Yaitu kau. Lalu demi mengembalikan Mika, orangtuanya mau melaksanakan apapun agar anaknya kembali. Keinginan Mika adalah kau diangkat menjadi kakak tirinya. Disamping itu juga kau memiliki tugas untuk mengembalikannya. Aku yakin kau bisa.” Ujarnya tersenyum padaku. Aku ternganga. Jadi Mika masih mengingat aku. Dan aku bukan kakak kandung Mika seperti yang aku bayangkan?
“kenapa? Padahal aku merebut Yuki dari Mika?”
“aku tidak tau. Mungkin ada rumor yang mengatakan kau terus memperhatikan Mika karena ingin mencelakainya karena Mika itu membuatmu iri. Maaf aku berkata begini aku hanya berkata jujur. Tapi ada rumor lain juga bahwa Mika mempunyai hutang budi padamu.” Jelasnya panjang
Hutang budi? Apa itu? Aku rasa Mika tak punya janji apa-apa padaku.
“Jika kau ingin tau keadaan sebenarnya, kau harus bertanya langsung padanya.”ujarnya lalu melanjutkannya lagi, “Ya hanya kaulah yang bisa mengubah Mika menjadi Mika yang dulu. Oh kembali ke urusanku, tolong berikan ini pada Yuki. Dan tolong ucapkan salam dariku. Terimakasih. “ ia membungkuk lalu pergi. Aku melihatnya pergi lalu memandang kau. Kau duduk di tempat dulu yang aku tempati. Tempat dimana aku dipermalukan oleh teman-teman sekelas. Lalu kau juga mempermalukan aku. Aku berjalan menghampirimu. Aku tau kau sedang melamun. Kau tak sadar aku datang.
“Mika.” Panggilku. Aku tau kau sadar. Kau hanya memandangku lalu kembali memandang awan. Memang pemandangan di bangku ini sangatlah bagus.
“Pemandangan di kursi ini sangatlah bagus bukan.”ucapku memulai percakapan. Kau hanya memandangku bosan. Aku seperti dianggap hanya sekumpulan sampah yang tidak berguna. Lalu aku menarikmu keluar dengan paksa. Kau memandangku marah tapi kau diam. teman-teman melihat kita. Tapi aku tak peduli semua harus selesai sekarang.
“Baiklah Mika aku to the point saja ya. Mika kau sudah tahu? Selama ini aku selalu mengawasimu selalu melihatmu selalu...iri padamu..” ujarku jujur, “itu bukan semata-mata karena aku ingin mencelakaimu bukan semata-mata aku ingin jadi sepertimu. Oke aku koreksi ada beberapa saat, saat aku iri sekali denganmu karena kau begitu sempurna lalu aku marah padamu dan menyimpan...menyimpan..” ujarku terbata-bata. Entah aku dapat jujur atau tidak sekarang.
“Menyimpan pecahan-pecahan kaca itu disepatuku.” Ujarmu tenang sambil masih membelakangiku.
“Ya..aku memang menyimpan pecahan kaca itu. Aku yang melakukannya. Dan saat itu aku sangat menyesal. Aku ingin minta maaf, tapi kau begitu jauh dariku. Kau...kau sempurna..perfect dan aku bukan siapa-siapa. Maka dari itu aku terus menyimpan rahasia bahwa kau adalah...adalah...adalah sahabat masa kecilku.” Aku berhenti. Aku tak ingin terlalu banyak bicara. Aku ingin memberi kesempatan pada Mika untuk bicara. Tapi ia hanya diam maka aku melanjutkan biacara.
“Ketika aku tau bahwa kita kembali ketemu di SMA. Aku sangat terkejut. Ku kira kau akan menyapaku seperti kau menyapaku saat kita masih SD, tapi kau berubah. Kau bahkan tak melihatku. Kau hanya sibuk dengan urusanmu sendiri. Aku sangat kecewa, dulu memang aku menjauhimu karena terpaksa. Aku menjauhimu karena teman-teman memintaku untuk menjauhimu. Aku tak mau sendiri Mika! Aku ingin punya teman! Lalu aku dihadapkan pada 2 pilihan, antar kau dan teman-teman yang lain..dan terpaksa aku memilih teman-teman karena aku ingin punya teman banyak Mika.” Jelasku sambil menahan tangis.
“Sebetulnya..” ujarmu mulai bicara.
“Sebetulnya aku juga punya pengalaman yang sama. Saat aku hancur karena teman-temanku menjauhiku aku mulai menutup diri. Aku benci semua orang saat itu. Termasuk kau. Tapi aku menghapus rasa kesalku padamu saat aku menerima surat dari orang misterius yang menyemangatiku yang suratnya selalu ada di lokerku setiap pagi dan sore.” Ujarmu mencoba tersenyum. Aku ingat. Dulu saat kita berpisah aku sangat menyesal dan mencoba mendekatimu. Tapi kau menjauh. Maka aku menulisakan surat itu padamu. Kata-kata penyemangat yang aku serahkan diam-diam saat pagi sebelum masuk dan saat pulang sekolah.
“Kau tau itu aku?” tanyaku
“Ya. Aku melihatmu memasukan sesuatu di lokerku. Aku kira itu adalah semacam benda yang akan menyiksaku. Tapi saat aku lihat itu adalah cahaya terang yang akan menyinari kehidupanku yang gelap.” Jelas kau.
“Lalu saat kita memasuki SMA yang sama. Aku juga merasa senang aku dapat bertemu kau lagi. Tapi keadaan berubah ketika kedua orang tuamu meninggal. Kau menjadi sensitive dan aku takut mendekatimu karena kau sedang dalam suasana berkabung saat itu. Aku akhirnya mulai membuka diri untuk orang lain. Kata ayah aku berbakat menjadi model. Maka aku mengikuti kontes model di agency punya teman ayah. Lalu aku melejit dengan karirku. Dan aku tau, setiap kali aku memandang kau, kau memandangku buka dengan tatapan ramah seperti dulu. Tapi dengan tatapan penuh kebencian yang kau tunjukan padaku. Lalu saat kau membentakku di kelas. Aku sangat kaget. Aku berpikir ini bukan Ozaki yang aku tau. Ini bukan Ozaki! Maka dari itu aku selalu berdo’a agar kau kembali.” Jelasnya
“Maafkan aku soal itu. Aku benar-benar ingin minta maaf.” Ujarku padamu. Kau mengangguk lalu melanjutkan cerita
“Lalu aku menjadi benci padamu. Sangat benci. Makanya aku setuju untuk bergabung dengan teman-teman untuk mengejaimu. Aku sangat senang saat kau dipermalukan di depan teman-teman. Tapi di dalam batinku aku tak bisa berbohong, aku masih sangat mengharapkanmu untuk jadi sahabatku lagi. Aku sangat menyesal. Lalu saat suatu pagi aku melihatmu memasukan sesuatu ke dalam lokerku lagi, aku kira itu adalah surat yang dulu seperti yang kau lakukan padaku, tapi saat aku tau itu adalah pecahan kaca, aku hancur. Aku tau kau sembunyi dan melihatku. Maka demi persahabatan kita dan agar kau puas, aku memakai sepatu itu. Lalu dampaknya adalah aku tak bisa menjadi model lagi karena kakiku terancam diamputasi. Semua kontrak kerja dibatalkan secara paksa. Aku bukan model lagi. Dan aku mulai menutup diri sampai sekarang.” Ceritamu panjang lebar. Aku melotot. Kalu aku tau bahwa perbuatanku sangat menyiksa batinmu. Aku tak akan melakukannya. Kau berjalan-jalan di dekat pagar. Tergiang dalam benakku kau akan melompat. Tapi kau hanya berdiri di situ memandang langit.
“Ya. Kita memiliki siksaan batin yang sama-sama menyakitkan. Dan aku harap kau mau memaafkanku Ozaki. Aku harap kau mau memaafkanku.” Ujarmu sambil menangis. Aku melangkah perlahan dan memelukmu.
“Tak apa Mika. Aku juga meminta maaf padamu. Aku jahat, karena aku kau tak bisa menjadi model. Aku telah merebut Yuki darimu. Maaf Mika. Maaf. Maaf karena aku merebut Yuki darimu.” Ujarku.
“Soal Yuki aku sudah rela. Aku tau dari dulu Yuki tak akan pernah bahagia denganku. Aku memang masih sakit hati, tapi aku akan berusaha menghapuskan rasa ini.”
Kami berdua menangis.
“Oh iya, apa kau selalu mendapat uang dari seseorang misterius?” tanyamu padaku
“Ya. Itu kau ya?” tanyaku heran
“Ya, itu aku. Aku menganggap walau kita tidak berteman lagi aku masih bisa membantumu. Seperti kau membantuku dengan surat itu.” Jawabmu tersenyum
“dan aku juga minta maaf soal sms itu. Itu aku yang mengirimkan. Hanya untuk menjahilimu.” Ujar kau malu. Aku kaget memang sangat kaget. Tapi entah mengapa aku malah tersenyum. Lalu kami memandang langit luas yang biru. Memang ini adalah kesalahan yang mungkin sedikit melawan takdir kami, tapi mungkin dari sinilah kami dapat mendapat hidayah. Bahwa persahabatan mampu melawan kejahatan apapun, persahabatan dapat membuka mata seseorang, menuju jalan yang lebih baik...
PROLOG...
Aku menutup buku diaryku. Ini adalah kisah lama kita Mika. Kini kau sudah tenang di alam sana. Dan aku juga disini sangat bahagia karena Yuki masih ada disampingku. Menjadi anugerahku yang sangat berharga. Dia menjadi pasangan benang merahku. Aku juga yakin kau bahagia disana. Aku tau kau akan senang kalau mendengar berita bahwa aku akan mempunyai anak dari Yuki. Dan aku akan memberi nama anak ini adalah
yuujou...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Write your comment here :